April 21, 2025

Quantlaselab : Perkembagnan Sains Dan Teknologi

Dunia sains dan teknologi yang sangat berpengaruh di dunia dan menjadi kemajuan umat manusia.

Bagaimana Platform Digital Membentuk Nilai-Nilai Sosial Baru?

Di era revolusi digital, teknologi bukan hanya memengaruhi cara manusia berkomunikasi, bekerja, dan belajar, tetapi juga membentuk ulang nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Platform digital—seperti media sosial, marketplace, aplikasi komunikasi, hingga forum daring—telah menjadi ruang baru tempat masyarakat berinteraksi dan membentuk budaya.

Nilai-nilai yang dulunya dikonstruksi melalui interaksi fisik kini juga terbentuk melalui ruang digital yang terus berkembang. Pertanyaannya, bagaimana sebenarnya platform digital memengaruhi dan membentuk nilai-nilai sosial baru?

Transformasi Ruang Sosial: Dari Nyata ke Maya

Sebelum era digital, nilai-nilai sosial berkembang melalui interaksi langsung di keluarga, sekolah, lingkungan, dan tempat ibadah. Namun, kini banyak dari interaksi tersebut berpindah ke ruang maya.

Generasi muda, misalnya, membangun pertemanan, diskusi, bahkan aktivisme melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, X (dulu Twitter), atau Reddit. Dalam ruang digital ini, terjadi pertukaran ide dan budaya yang sangat cepat dan luas, yang berdampak langsung pada pembentukan norma, kebiasaan, dan nilai baru.

Nilai Sosial Baru yang Tercipta dari Platform Digital

1. Nilai Kecepatan dan Responsivitas

Salah satu nilai paling kentara yang muncul dari budaya digital adalah kecepatan. Platform digital mengedepankan respons instan balasan pesan, update status, pengiriman informasi, semuanya dalam hitungan detik.

Akibatnya, masyarakat kini cenderung menilai efisiensi dan kecepatan sebagai sesuatu yang sangat penting, bahkan dalam hal-hal yang sebelumnya tidak mendesak. Ini bisa menjadi nilai positif, namun juga dapat memunculkan tekanan sosial berupa ekspektasi untuk “selalu aktif” dan “cepat merespons”.

2. Keterbukaan dan Ekspresi Diri

Media sosial mendorong individu untuk lebih terbuka dalam mengekspresikan pendapat, perasaan, dan identitas diri. Di satu sisi, ini menciptakan nilai sosial baru berupa keterbukaan (openness) yang mendukung kejujuran dan orisinalitas. Namun di sisi lain, keterbukaan ini kadang disalahartikan sebagai kewajiban untuk selalu tampil atau berbagi, yang bisa menimbulkan tekanan psikologis.

3. Solidaritas Digital dan Budaya Virality

Platform digital telah memfasilitasi terbentuknya solidaritas baru yang melampaui batas geografis. Aksi sosial, petisi online, hingga donasi digital kini bisa viral hanya dalam hitungan jam. Ini membentuk nilai sosial berupa kepedulian kolektif dalam bentuk yang baru solidaritas digital. Namun, budaya virality juga bisa menimbulkan nilai semu jika partisipasi hanya bersifat tren, bukan karena kesadaran.

4. Pengakuan dan Validasi Sosial

Platform digital secara tidak langsung menciptakan nilai baru: validasi sosial melalui angka. Like, comment, dan share menjadi semacam “mata uang sosial” yang menentukan popularitas atau pengaruh seseorang. Hal ini menimbulkan budaya pembandingan (comparison culture) yang dapat memengaruhi kepercayaan diri, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.

5. Komunitas dan Identitas Digital

Platform seperti Discord, Facebook Groups, atau bahkan forum niche seperti Kaskus dan Reddit memungkinkan orang berkumpul berdasarkan minat dan identitas tertentu.

Di sinilah terbentuk nilai-nilai komunitas digital toleransi, kolaborasi, atau bahkan bentuk baru dari aktivisme sosial. Identitas digital juga memberi ruang bagi individu untuk mengekspresikan diri dengan cara yang lebih fleksibel dibandingkan dunia nyata.

Dampak Ganda: Positif dan Negatif

Pengaruh platform digital terhadap nilai sosial tidak bisa dilihat dari satu sisi saja. Di satu sisi, ia memberdayakan individu, memperluas wawasan, dan menciptakan jaringan sosial yang dinamis. Namun, di sisi lain, platform digital juga bisa menjadi tempat lahirnya nilai-nilai negatif seperti budaya cancel, cyberbullying, hingga polarisasi opini.

Baca Juga : 

Misalnya, algoritma media sosial cenderung membentuk echo chamber, di mana seseorang hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan dirinya. Ini membuat nilai toleransi bisa tergerus oleh fanatisme digital. Selain itu, nilai-nilai seperti privasi dan empati bisa terkikis jika pengguna tidak menyadari dampak dari apa yang mereka bagikan atau komentari.

Peran Literasi Digital

Agar nilai-nilai sosial yang terbentuk di ruang digital tidak mengarah ke hal negatif, literasi digital menjadi kunci utama. Masyarakat perlu dibekali kemampuan untuk memahami, menilai, dan memanfaatkan platform digital secara bijak. Literasi ini mencakup:

  • Etika berinternet: memahami norma dan sopan santun dalam komunikasi digital.
  • Kesadaran privasi: menjaga data dan informasi pribadi.
  • Kritis terhadap informasi: memilah berita hoaks dan konten yang menyesatkan.
  • Empati digital: menyadari dampak emosional dari interaksi daring.

Penutup: Menuju Masyarakat Digital yang Bernilai

Platform digital bukanlah semata alat komunikasi, tetapi telah menjadi ruang sosial yang membentuk cara pikir, perilaku, dan nilai masyarakat modern. Nilai-nilai sosial baru yang muncul dari interaksi digital adalah cerminan dari dinamika zaman yang terus berubah. Tantangannya adalah bagaimana kita, sebagai individu maupun sebagai komunitas, mampu menavigasi ruang digital ini dengan kesadaran, empati, dan tanggung jawab.

Dengan membangun budaya digital yang sehat dan positif, kita bisa memastikan bahwa nilai-nilai sosial baru yang terbentuk justru memperkuat ikatan sosial, memperluas pemahaman lintas budaya, dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, cerdas, dan humanis.

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.